MAKASAR, pesanjabar.com– Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kota Makassar, Biringkanaya, Daya, memberikan tanggapan terkait temuan ulat pada menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diterima siswa MAN 3 Makassar, Sulawesi Selatan.
Kepala SPPG, Muhammad Fajar, menyampaikan bahwa insiden yang terjadi pada Rabu (1/10) tersebut menjadi catatan penting untuk perbaikan ke depan.
“Kejadian ini menjadi evaluasi bagi kami di SPPG Kota Makassar, Biringkanaya, Daya, untuk jauh lebih memperhatikan menu yang diberikan dan memberikan pelayanan terbaik dari yang terbaik kepada penerima manfaat ke depannya,” kata dia dalam laporannya, Kamis (2/10).
Ia menegaskan komitmen pihaknya untuk menjaga transparansi, akuntabilitas, serta terus meningkatkan mutu makanan bergizi bagi siswa penerima manfaat.
Sebelumnya, pihak sekolah melalui Kepala MAN 3 Makassar membenarkan adanya ulat dalam menu MBG. Meski demikian, sejumlah siswa tetap menghabiskan hidangan tersebut karena ulat yang ditemukan merupakan jenis ulat sayur.
Menurut siswa, hal itu masih dianggap wajar sebab biasanya terdapat pada sayuran segar dan tidak menandakan makanan rusak. Pihak sekolah juga telah menyampaikan keluhan kepada SPPG dan melakukan konfirmasi dengan penyedia layanan.
Temuan ini selanjutnya akan dijadikan bahan evaluasi oleh tim ahli gizi dalam penyusunan menu untuk 1.113 siswa MAN 3 Makassar.
Di tempat berbeda, Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Gizi Nasional (BGN), Khairul Hidayati, menegaskan bahwa lembaganya tetap berkomitmen menjaga kualitas Program MBG.
“Kami meminta setiap SPPG untuk lebih teliti dalam pengolahan bahan pangan agar tetap aman, higienis, dan layak konsumsi,” ucap Hida.
Ia menambahkan bahwa BGN telah membuka kanal pengaduan masyarakat dan siap menindaklanjuti setiap laporan. “Kami mengajak semua pihak, termasuk sekolah dan orang tua, untuk berperan aktif mengawasi serta melaporkan bila ada temuan di lapangan,” sambung Hida.
BGN menegaskan bahwa pengawalan Program MBG akan terus dilakukan agar manfaatnya benar-benar dirasakan oleh seluruh penerima, khususnya para peserta didik. (**)