Jakarta, Pesanjabar.com – Menteri Perdagangan Budi Santoso menyampaikan bahwa neraca perdagangan Indonesia pada April 2025 kembali mencatatkan surplus sebesar USD 0,16 miliar, melanjutkan tren surplus selama 60 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Meskipun tipis, capaian ini tetap menjadi indikator ketahanan perdagangan Indonesia di tengah tekanan global dan faktor musiman domestik.
“Surplus perdagangan Indonesia pada April 2025 mencapai USD 0,16 miliar. Walaupun cenderung tipis, capaian ini masih melanjutkan tren surplus untuk 60 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Jika melihatnya secara kumulatif, surplus Januari—April 2025 masih cukup tinggi karena tercatat sebesar USD 11,07 miliar, lebih besar bila dibandingkan dengan surplus Januari—April 2024 yang sebesar USD 10,13 miliar,” ujar Mendag Busan —sapaan akrab Mendag Budi Santoso.
Surplus tersebut ditopang oleh surplus neraca nonmigas sebesar USD 1,51 miliar, meski dibayangi defisit pada neraca migas sebesar USD 1,35 miliar. Dibandingkan bulan sebelumnya (Maret 2025) yang mencatatkan surplus USD 4,33 miliar, angka pada April memang menurun. Namun, secara kumulatif Januari—April 2025, total surplus perdagangan mencapai USD 11,07 miliar, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar USD 10,13 miliar.
Ekspor April 2025 Turun karena Libur Idulfitri dan Geopolitik
Nilai ekspor Indonesia pada April 2025 tercatat USD 20,74 miliar, turun 10,77 persen dibanding Maret 2025. Penurunan ini terjadi baik pada ekspor migas yang turun 19,52 persen maupun nonmigas yang turun 10,19 persen (MoM). Namun, secara tahunan (YoY), ekspor tetap mengalami peningkatan 5,76 persen dibanding April 2024.
“Penurunan nilai ekspor pada April 2025 bila dibandingkan dengan Maret 2025 terjadi akibat siklus tahunan libur Idulfitri dan penurunan harga sejumlah komoditas utama. Selain itu, ketidakpastian ekonomi dunia akibat kondisi geopolitik ekonomi turut menyebabkan permintaan sejumlah mitra dagang utama Indonesia melemah. Ekspor nonmigas negara ASEAN lain, yaitu Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Filipina juga terpantau turun,” kata Mendag Busan, dilansir dari laman resmi Kemendag.
Sektor industri pengolahan tetap menjadi kontributor terbesar dalam ekspor nonmigas dengan pangsa 81,48 persen, meskipun sedikit turun dari bulan sebelumnya (83,29 persen). Sektor pertambangan dan lainnya menyumbang 16,07 persen dan pertanian 2,45 persen.
Penurunan ekspor terbesar terjadi di sektor pertanian yang melemah 16,54 persen, disusul sektor industri pengolahan yang turun 12,14 persen. Sebaliknya, ekspor sektor pertambangan dan lainnya naik 2,58 persen (MoM).
Beberapa produk ekspor nonmigas justru mencatatkan pertumbuhan, seperti:
Bijih logam, terak dan abu (HS 26) naik 37,94 persen,
Logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71) naik 26,56 persen,
Mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85) naik 0,52 persen (MoM).
Namun, produk ekspor utama seperti:
Bahan bakar mineral (HS 27) turun 6,23 persen,
Besi dan baja (HS 72) turun 2,72 persen,
Lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) turun drastis 39,23 persen.
Pasar Ekspor Terbesar dan Tujuan dengan Pertumbuhan Tertinggi
Pada April 2025, Tiongkok, Amerika Serikat, dan India menjadi tiga pasar ekspor nonmigas terbesar Indonesia dengan total nilai USD 8,22 miliar atau 41,97 persen dari total ekspor nonmigas nasional.
Negara tujuan ekspor yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi secara bulanan (MoM):
Swiss naik 149,57 persen,
Kanada 54,09 persen,
Singapura 26,78 persen,
Meksiko 11,03 persen,
Taiwan 8,99 persen.
Sebaliknya, penurunan terdalam tercatat pada:
Mesir turun 42,70 persen,
Italia 42,25 persen,
Pakistan 40,91 persen,
Inggris 35,62 persen,
Hongkong 30,58 persen.
Secara kawasan, peningkatan ekspor terjadi di:
Amerika Tengah (14,71 persen),
Amerika Selatan (4,41 persen),
Eropa Barat (4,41 persen),
Asia Tenggara (1,11 persen).
Sedangkan penurunan signifikan terjadi di:
Afrika Selatan (49,73 persen),
Asia Tengah (44,48 persen),
Afrika Utara (42,53 persen),
Karibia (41,88 persen).
Impor April 2025 Naik, Didorong Kebutuhan Bahan Baku dan Modal
Impor Indonesia pada April 2025 tercatat USD 20,59 miliar, naik 8,80 persen dibandingkan Maret 2025 dan 21,84 persen dibandingkan April 2024. Kenaikan impor bulanan didorong oleh lonjakan impor nonmigas sebesar 14,39 persen, sedangkan impor migas turun 19,44 persen (MoM). Secara tahunan, impor nonmigas naik 29,86 persen, sementara migas turun 15,57 persen.
Mendag Busan menyampaikan bahwa impor masih didominasi oleh:
Bahan baku/penolong sebesar 72,73 persen,
Barang modal 19,00 persen,
Barang konsumsi 8,27 persen.
Adapun pertumbuhan impor tertinggi terjadi pada:
Bahan baku/penolong naik 11,09 persen,
Barang modal naik 5,66 persen.
Namun, barang konsumsi justru mengalami penurunan 2,21 persen (MoM), menunjukkan adanya efisiensi konsumsi domestik atau pergeseran pola konsumsi.
Ekspor Januari–April 2025 Meningkat 6,65 Persen Secara Kumulatif
Secara kumulatif, total ekspor Januari—April 2025 mencapai USD 87,36 miliar, tumbuh 6,65 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini didukung oleh ekspor nonmigas yang naik 7,68 persen menjadi USD 82,56 miliar, sementara ekspor migas justru turun 8,43 persen menjadi USD 4,81 miliar.
Dengan berbagai dinamika ini, Mendag menekankan pentingnya fleksibilitas kebijakan dan adaptasi sektor perdagangan menghadapi tantangan musiman dan global. Stabilitas perdagangan nasional harus terus dijaga melalui penguatan ekspor bernilai tambah dan efisiensi impor.(**)