Sungai Tarum Timur atau Saluran Tarum Timur adalah salah satu sistem irigasi buatan yang sangat penting bagi masyarakat di wilayah Jawa Barat, terutama di Kabupaten Subang, Karawang, Purwakarta, dan sekitarnya. Kanal ini memiliki peran utama dalam mendistribusikan air dari Waduk Jatiluhur untuk keperluan irigasi lahan pertanian, khususnya dalam mendukung program ketahanan pangan nasional.
Pembangunan Sungai Tarum Timur dibangun pada era Presiden Soekarno sekitar tahun 1965 sebagai bagian dari proyek besar sistem irigasi teknis dari Waduk Jatiluhur. Proyek ini didesain untuk menyalurkan air ke wilayah pertanian secara sistematis dan efisien, dengan harapan dapat meningkatkan hasil produksi pertanian serta mengatasi permasalahan kekeringan di musim kemarau.
Distribusi Air Meski memiliki tujuan mulia, dalam implementasinya, distribusi air dari Saluran Tarum Timur seringkali tidak merata. Air yang dialirkan dari Waduk Jatiluhur terlebih dahulu melewati wilayah Indramayu sebelum mencapai Subang, sehingga kerap terjadi kekurangan pasokan di beberapa daerah hulu seperti Subang. Hal ini menyebabkan konflik kepentingan antarwilayah terkait pembagian air, terlebih saat musim tanam tiba.
Sodetan dan Reformasi Irigasi Untuk mengatasi ketimpangan tersebut, pada akhir tahun 2014, Presiden Joko Widodo menginstruksikan pembangunan proyek sodetan sepanjang 7 kilometer yang menghubungkan langsung Sungai Tarum Timur dengan lahan pertanian di Subang. Sodetan ini memungkinkan petani Subang memperoleh pasokan air secara langsung tanpa harus tergantung pada wilayah hilir. Proyek ini diproyeksikan mampu menambah produktivitas beras hingga 60.000 ton per tahun, dan berkontribusi terhadap target nasional produksi padi.
Nilai Sungai Tarum Timur Bagi Masyarakat Petani Sungai Tarum Timur memiliki nilai strategis dan fungsional yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat petani di wilayah Jawa Barat. Saluran irigasi ini tidak hanya menjadi sumber air utama bagi lahan pertanian, tetapi juga menjadi simbol ketergantungan masyarakat terhadap pengelolaan sumber daya alam yang adil dan berkelanjutan. Petani di Subang, dan Purwakarta menggantungkan masa tanam, hasil panen, dan bahkan kehidupan ekonomi keluarga mereka pada kelancaran distribusi air dari sungai ini. Nilai lainnya adalah sebagai sarana pembentukan kerja sama sosial antarpetani dalam mengatur giliran air, menjaga saluran tetap bersih, dan menyuarakan aspirasi saat distribusi air tidak merata. Dengan demikian, Sungai Tarum Timur bukan sekadar saluran air, tetapi juga bagian penting dari struktur sosial dan budaya pertanian di kawasan tersebut.
Sosial dan Ekonomi Dengan tersedianya air yang lebih merata, sektor pertanian di Subang mengalami peningkatan signifikan. Para petani mampu mengolah lahan secara lebih optimal dan lebih pasti dalam perencanaan masa tanam. Keberadaan Saluran Tarum Timur juga berdampak pada penguatan ekonomi lokal serta memperkaya sistem sosial berbasis pertanian di pedesaan.
Tantangan Lingkungan dan Keselamatan Seiring waktu, Saluran Tarum Timur menghadapi berbagai tantangan, antara lain:
- Pendangkalan saluran akibat endapan lumpur
- Pencemaran oleh sampah rumah tangga dan pertanian
- Pertumbuhan eceng gondok yang menghambat aliran air
- Kasus kecelakaan warga yang tercebur atau terseret arus deras
Pemerintah daerah dan masyarakat kini mendorong normalisasi saluran secara berkala, edukasi bahaya arus, dan pemasangan pagar pelindung di titik-titik rawan.
Sungai Tarum Timur adalah bagian penting dari sejarah pembangunan irigasi Indonesia yang terus mengalami perkembangan hingga kini. Meski menghadapi tantangan teknis dan sosial, kanal ini tetap menjadi tulang punggung irigasi di wilayah Jawa Barat. Dengan pengelolaan yang berkelanjutan dan kolaboratif antara pemerintah dan masyarakat, fungsi strategis Saluran Tarum Timur dapat terus dipertahankan dan dikembangkan demi kesejahteraan petani dan ketahanan pangan nasional. **
Penulis : Akhmad Basuni (Dosen Universitas Subang)