Spiritia  30 Tahun dengan Merilis Lagu “Rengkuh Hati” di ICE BSD

REDAKSI.pesanjabar.com – 30 tahun perjalanan mendampingi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Indonesia, Yayasan Spiritia merilis sebuah lagu berjudul “Rengkuh Hati” pada perayaan yang digelar di ICE BSD, Garuda Main Hall 2AB, BSD City, Tangerang beberapa hari yang lalu. Acara ini menjadi momen bersejarah yang memadukan refleksi, musik, dan pesan kemanusiaan dalam satu ruang penuh kehangatan.

“Rengkuh Hati”, Lagu tentang Empati, Harapan, dan Kemanusiaan

“Rengkuh Hati” tidak sekadar karya musik, tetapi simbol perjalanan panjang Spiritia dalam menghapus stigma dan memperjuangkan kehidupan yang lebih bermartabat bagi ODHA. Lagu ini menjadi representasi bahwa perjuangan melawan HIV bukan hanya soal layanan medis, tetapi juga tentang empati, dukungan, dan pelukan kemanusiaan.

“Tiga puluh tahun adalah perjalanan panjang yang penuh kasih, keberanian, dan ketulusan. Lagu ini adalah refleksi dari perjalanan itu. Kami ingin mengajak semua orang untuk terus membuka hati dan saling merengkuh,” ujar Daniel Marguari, Chief Executive Director Yayasan Spiritia.

Dinyanyikan oleh Keisha Amira, Diciptakan dari Kisah Nyata ODHA

Lagu ini dinyanyikan oleh Keisha Amira, penyanyi muda berbakat yang turut terlibat dalam proses kreatif. Keisha mengaku lirik dan pesan lagu ini sangat menyentuh setelah mendengarkan kisah para ODHA yang berjuang menghadapi stigma dan ketidakadilan.

“Lagu ini adalah semangat bahwa mereka tidak sendiri. Selalu ada harapan dan pelukan yang menenangkan,” kata Keisha dengan mata berkaca-kaca.

Lirik dan aransemen musiknya digarap oleh Riosa Oktaf, musisi sekaligus guru vokal yang menulis berdasarkan kisah nyata ODHA.

“Rasanya begitu menyentuh hingga saya meneteskan air mata. Saya ingin lagu ini bukan hanya didengar, tapi dirasakan,” ujar Riosa. Aransemen orkestra megah yang ia susun turut memperkuat nuansa emosional yang dalam.

 

Peluncuran “Rengkuh Hati” dihadiri oleh komunitas ODHA, aktivis kesehatan, lembaga mitra, relawan, dan seniman. Suasana haru menyelimuti ruangan saat lagu diperdengarkan untuk pertama kalinya.

“Lagu ini bukan hanya karya seni, tapi doa kami – doa agar setiap hati mau saling merengkuh tanpa stigma dan tanpa batas,” tutup Daniel Marguari. (**)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *