JAKARTA, Pesanjabar.com – Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, bersama Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono, secara resmi membuka kegiatan Retret Kepala Sekolah Rakyat Tahap II di Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Profesi (Pusdiklatbangprof) Kementerian Sosial, Rabu (3/7/2025).
Retret yang berlangsung pada 1–5 Juli 2025 ini diikuti oleh 47 Kepala Sekolah Rakyat, dan digelar di dua lokasi utama: Pusdiklatbangprof Margaguna dan Resimen Arhanud I Falatehan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Kegiatan ini menjadi bagian dari persiapan akhir menjelang peluncuran 100 Sekolah Rakyat serentak pada 14 Juli mendatang.
Gus Ipul menegaskan bahwa pembekalan ini sangat penting untuk memastikan kesiapan semua aspek, mulai dari siswa, guru, kepala sekolah, hingga sarana dan prasarana. “Ini tahap kedua ya. Jadi ini untuk yang 100 titik itu. Sudah semakin mantap untuk menuju 14 Juli,” ujarnya.
Menurutnya, Kepala Sekolah Rakyat memiliki peran strategis tidak hanya dalam hal manajerial, tapi juga sebagai teladan yang mampu membangun empati sosial. Mereka diharapkan mampu memahami kondisi siswa dan lingkungan sekolah secara menyeluruh serta menciptakan ruang pendidikan yang aman dari perundungan, kekerasan, dan intoleransi.
Gus Ipul mengingatkan bahwa Sekolah Rakyat ditujukan untuk anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem, dengan latar belakang yang sangat beragam. Maka dari itu, kepala sekolah harus mampu menjadi inspirator dan penggerak perubahan di tengah keterbatasan.
Sekolah Rakyat sendiri merupakan inisiatif Presiden Prabowo untuk memutus rantai kemiskinan struktural melalui akses pendidikan yang adil dan berkualitas. Program ini telah menggugah banyak tokoh pendidikan yang memiliki latar belakang serupa dengan siswa yang akan mereka bina.
Salah satu kisah inspiratif datang dari Anis Al Aminatif Wardian Sari, Kepala Sekolah Rakyat asal Lamongan, Jawa Timur. Terlahir dari keluarga sederhana, Anis berhasil melanjutkan pendidikan berkat beasiswa sejak SMA hingga kuliah. Kini, ia merasa terpanggil untuk memberikan kembali kepada negara dan anak-anak yang mengalami kesulitan yang sama.
“Memang ini adalah caramu, Ya Allah, saya bisa give back, memberikan kembali apa yang sudah saya terima dalam hidup saya,” tutur Anis haru.
Cerita serupa datang dari Lalu Tuhiryadi, Kepala Sekolah Rakyat di Mamuju, Sulawesi Barat. Lalu tumbuh dalam keluarga transmigran dari Lombok yang hidup dalam keterbatasan. Meski sempat ragu terhadap program ini, ia akhirnya menyadari potensi besar Sekolah Rakyat sebagai solusi nyata bagi anak-anak kurang mampu.
“Saya merasa pendidikan benar-benar bisa mengangkat derajat seseorang. Lewat program mulia ini, saya ingin ikut berkontribusi,” katanya.
Keduanya menjadi bagian dari peluncuran perdana Sekolah Rakyat bersama 98 kepala sekolah lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain 100 titik tersebut, Kementerian Sosial juga tengah menyiapkan 100 titik tambahan yang akan menyusul pelaksanaan masa orientasi setelah renovasi gedung selesai.
Menurut Gus Ipul, total 200 titik Sekolah Rakyat akan mulai beroperasi pada tahun ini dan ditargetkan mampu menampung lebih dari 20.000 siswa, dari jenjang SD, SMP, hingga SMA.
“Nanti pada akhirnya kisarannya sekitar 200 titik di tahun ini. Yang 100 titik di 14 Juli. Sebagian titik lainnya menyusul akhir Juli, tergantung kesiapan sarana-prasarana,” jelasnya.
Program ini menjadi tonggak penting dalam membangun sistem pendidikan yang lebih inklusif, dengan harapan mampu melahirkan generasi emas Indonesia yang cerdas dan berdaya saing, sekaligus berempati dan peduli pada sesama. (*)