Prevalensi Stunting di Jawa Barat Turun Menjadi 15,9 Persen, Bukti Nyata Konvergensi Program

jabarprov/sae/PESANJABAR
Cek Kesehatan Balita

Bandung, Pesanjabar.com –Angka prevalensi stunting di Provinsi Jawa Barat mengalami penurunan signifikan pada tahun 2024, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Dari sebelumnya berada di angka 21,7 persen, kini turun menjadi 15,9 persen, atau menurun sebesar 5,8 persen dalam setahun terakhir. Data ini dipublikasikan pada 28 Mei 2025.

Capaian positif tersebut disampaikan dalam acara Sosialisasi dan Bimbingan Teknis Aksi Konvergensi Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting (PPPS) yang digelar di Kantor Bappeda Provinsi Jawa Barat, pada Senin (26/5/2025).

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, dr. Vini Adiani Dewi, M.M.R.S., yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Harian Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), penurunan ini merupakan buah dari kolaborasi lintas sektor di berbagai level pemerintahan, mulai dari provinsi hingga desa.

“Ini bukan sekadar angka, tapi bukti bahwa intervensi mulai dari edukasi gizi, layanan kesehatan ibu dan anak, hingga perbaikan akses air bersih dan sanitasi telah membawa hasil,” kata dr. Vini.

Senada dengan itu, Anne Carolina, Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Bappeda Jabar yang hadir mewakili Kepala Bappeda selaku Ketua Harian TPPS, turut menyampaikan penghargaan atas kontribusi seluruh pihak yang terlibat.

“Atas nama Pemprov Jabar, kami ucapkan terima kasih atas kontribusi seluruh pemangku kepentingan dalam penurunan stunting ini,” ujar Anne.

Untuk mendukung percepatan penanganan stunting, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah mengembangkan berbagai strategi dan terobosan. Beberapa di antaranya adalah Buku Saku Penanganan Stunting, Silabus Peran Camat, Tim LO Stunting untuk 27 kabupaten/kota, KKN Tematik Stunting, serta forum-forum berbasis digital seperti ODADING (Obrolan Daring Stunting) dan RATAS Stunting SPBE.

Selain itu, sejumlah program inovatif turut diluncurkan, seperti Jabar Stunting Summit, GEMAZ (Generasi Emas Bebas Anemia dan Zero Stunting), MORING (Monitoring Rutin Aksi Konvergensi), COMRING (Coffee Morning Stunting), serta ajang penghargaan ASA (Aksi Stunting Award). Kolaborasi dalam skema pentahelix juga terus digencarkan untuk mencapai target Zero New Stunting.

Tak hanya dari pemerintah provinsi, dukungan dari daerah juga berperan besar. Sejumlah kabupaten/kota menjalankan inovasi lokal yang berdampak signifikan, seperti Simpati Jitu (Kab. Sumedang), Gemini (Kota Depok), Tos Stunting (Kab. Garut), Gerakan Cinta Kelor 3M (Kab. Bekasi), e-Penting (Kota Bandung), dan Anting Berlian (Kota Banjar).

Program Geber Si Jumo Jamilah juga menjadi bagian penting dalam pendekatan holistik, yang mencakup edukasi stunting, imunisasi, pencegahan DBD, serta menjaga ibu hamil dan kebersihan lingkungan.

Penurunan angka stunting ini membuktikan bahwa pendekatan terintegrasi, program inovatif, dan sinergi multisektor dapat membawa dampak nyata bagi peningkatan kualitas gizi dan kesehatan anak-anak Jawa Barat sebagai generasi masa depan. (**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *