Garut, Pesanjabar.com – Komunitas Wanita Hebat Garut (Wahegar) menggelar perayaan Milad ke-3 dengan penuh semangat dan makna. Bertempat di Gedung Pendopo, Kabupaten Garut, acara berlangsung meriah dan sarat pesan pemberdayaan perempuan, dengan mengusung tema “Wanita Berkebaya Untuk Dunia”.
Milad kali ini tak hanya menjadi momentum refleksi tiga tahun perjalanan Wahegar, tetapi juga mengukuhkan komitmen organisasi dalam mendukung kemajuan perempuan Garut di berbagai sektor kehidupan. Acara dihadiri oleh sejumlah tokoh perempuan, pejabat daerah, serta ratusan anggota dan simpatisan Wahegar yang hadir dengan penuh antusias.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Garut, Yayan Waryana, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kiprah Wahegar selama ini. Ia melihat Wahegar sebagai wadah strategis dalam mendukung transformasi sosial melalui pemberdayaan perempuan.
Ia berharap, Wahegar terus tumbuh menginspirasi dan menjadi ruang yang memberdayakan perempuan Garut di berbagai bidang kehidupan.
Lebih lanjut, Yayan menegaskan bahwa pemberdayaan perempuan harus menjadi bagian dari strategi pembangunan daerah yang berkeadilan dan berkesetaraan.
“Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat untuk terus aktif, konsisten, dan berkontribusi nyata dalam pemberdayaan perempuan di Kabupaten Garut,” katanya.
Sementara itu, anggota Komisi VI DPR RI Imas Aan Ubudiah yang hadir mewakili Penasihat Wahegar, turut memberikan penghargaan tinggi kepada perempuan-perempuan hebat asal Garut. Ia menyebut, perempuan harus lebih dari sekadar penerima manfaat, tetapi juga berperan aktif dalam pengambilan keputusan.
“Apalagi 2025 ini Wahegar milad yang ketiga Garut telah melahirkan pemimpin perempuan, fenomena baru, sejarah baru, Bupati Garut wakilnya perempuan,” ucapnya.
Imas menyampaikan komitmennya membawa program-program dari Komisi VI ke Garut, terutama yang berkaitan dengan sektor perbankan dan pembiayaan. Ia menyatakan akan mendorong pemanfaatan anggaran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap pinjaman online dan praktik bank emok yang merugikan.
Tak hanya itu, Imas juga mengajak masyarakat, khususnya kaum perempuan, untuk terlibat dalam program Koperasi Merah Putih yang diinisiasi oleh Kementerian Koperasi. Ia berharap, ke depan Wahegar tidak hanya menjadi komunitas simbolik, tetapi juga tampil sebagai kekuatan penggerak, pengkritik, sekaligus pengelola anggaran dan pengawas jalannya pemerintahan daerah.
Dari sisi internal organisasi, Ketua Wahegar Susi Susilawati mengungkapkan harapannya agar Wahegar bisa bersinergi lebih erat dengan Pemerintah Kabupaten Garut. Ia memiliki visi agar perempuan Garut tidak hanya tangguh secara emosional dan spiritual, tetapi juga unggul dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM).
Terkait tema “berkebaya”, Susi menegaskan bahwa kebaya bukan hanya pakaian tradisional, melainkan simbol keanggunan dan jati diri perempuan Indonesia.
“Berkebaya itu tidak kaku lagi tapi menambah elegan, dan juga harus tahu bahwa berkebaya itu menyimbolkan wanita-wanita dengan jati dirinya,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Milad ke-3 Wahegar Ani Suhartini menyampaikan rasa bangganya terhadap eksistensi dan perjuangan komunitas perempuan ini. Ia menyambungkan semangat perjuangan Wahegar dengan nilai-nilai yang diwariskan oleh para pahlawan perempuan Indonesia.
“Segala perjuangan itu tidak akan sia-sia. Segala langkah kecil apapun kita akan ada rekam jejaknya,” katanya.
Ani juga menyampaikan harapan jangka panjang agar Wahegar dapat terus tumbuh dan bertahan hingga satu abad ke depan, menjadi tonggak penting dalam perjuangan perempuan Garut untuk mendunia.
“Wahegar akan terus abadi dan jaya hingga 100 tahun ke depan, menjadi tonggak perjuangan untuk memperjuangkan wanita hebat Garut bagi dunia,” tuturnya penuh semangat, dilansir dari laman resmi Jabarprov.
Perayaan Milad ke-3 ini menjadi bukti nyata bahwa Wahegar bukan sekadar komunitas, melainkan gerakan sosial yang terus berkembang, mengangkat potensi dan martabat perempuan, serta menjaga warisan budaya melalui semangat berkebaya.(**)