Menelusuri Dunia Instagram: Kreativitas di Ujung Jari

Pinterest/PESANJABAR
Instagram

Di era digital saat ini, Instagram telah menjadi salah satu media sosial paling populer di dunia, khususnya di kalangan generasi muda. Aplikasi ini memungkinkan penggunanya untuk berbagi momen dalam bentuk foto, video, maupun cerita singkat secara instan. Melalui fitur-fitur seperti Instagram Stories, Reels, dan IG Live, pengguna diberi ruang untuk mengekspresikan diri secara kreatif sekaligus membangun koneksi dengan para pengikutnya.

Tidak hanya sebagai wadah hiburan dan komunikasi, Instagram juga berkembang menjadi alat yang kuat dalam dunia bisnis dan pemasaran. Banyak pelaku usaha, influencer, hingga komunitas kreatif memanfaatkan platform ini untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Fitur akun bisnis dan insight membantu mereka dalam menganalisis performa konten serta memahami perilaku audiens, sehingga strategi promosi bisa dilakukan secara lebih efektif.

Namun demikian, kehadiran Instagram juga membawa sisi lain yang tidak bisa diabaikan. Visualisasi kehidupan yang tampak sempurna sering kali menciptakan tekanan sosial, terutama bagi mereka yang belum memiliki kesadaran digital yang kuat. Perbandingan terhadap kehidupan orang lain yang ditampilkan di Instagram dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri, bahkan membuat seseorang kehilangan arah dan fokus dalam kehidupan nyata.

Hal ini juga diamini oleh Teguh, seorang pengguna aktif media sosial, yang menyampaikan pandangannya. Ia menyebut Instagram sebagai pisau bermata dua. “Menurut saya, Instagram itu seperti pisau bermata dua. Di satu sisi, kita bisa menggunakannya untuk hal-hal positif seperti berbagi karya, inspirasi, bahkan peluang usaha. Tapi di sisi lain, kalau tidak bijak, kita bisa terjebak dalam tekanan sosial atau rasa tidak percaya diri karena terlalu banyak membandingkan hidup kita dengan orang lain,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Teguh menekankan pentingnya kesadaran diri dalam menggunakan media sosial. Menurutnya, jika terlalu larut dan fokus pada kehidupan digital, seseorang bisa kehilangan motivasi untuk menjalani aktivitas produktif di dunia nyata. Oleh karena itu, batas dan tujuan dalam bermedia sosial harus ditetapkan sejak awal agar penggunaannya tetap sehat dan bermanfaat.

Penulis : Teguh Anak Asuh Asrama Panti Asuhan Yayasan Amaliya (Jurnalis Magang Pesanjabar) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *