Mantan Presiden Uruguay, Dijuluki Presiden Termiskin di Dunia Wafat di usia 89 Tahun

brasildefato.com/PESANJABAR
Mantan Presiden Uruguay, Dijuluki Presiden Termiskin di Dunia Wafat di usia 89 Tahun

Dari Gerilyawan jadi Presiden

Beberapa tahun setelah dibebaskan, Mujica kembali ke politik. Ia menjabat sebagai anggota parlemen baik di DPR maupun di Senat, dua kamar legislatif Uruguay.

Tahun 2005, ia dipercaya menjadi menteri dalam kabinet pertama Frente Amplio, koalisi sayap kiri yang berhasil memenangkan pemilu.

Lima tahun kemudian, Mujica terpilih sebagai Presiden Uruguay. Saat itu usianya 74 tahun. Namanya belum banyak dikenal di luar negeri.

Kemenangannya dianggap sebagai tonggak penting bagi gelombang kiri di Amerika Latin. Ia bergabung dengan pemimpin-pemimpin seperti Lula da Silva di Brasil dan Hugo Chávez di Venezuela.

Namun berbeda dari mereka, Mujica memerintah dengan gaya yang lebih tenang pragmatis, berani, dan tanpa drama, menurut banyak pengamat.

Di bawah kepemimpinannya, ekonomi Uruguay tumbuh rata-rata 5,4% meski dunia dilanda ketidakpastian. Tingkat kemiskinan menurun. Pengangguran tetap rendah.

Negaranya juga jadi sorotan dunia berkat sejumlah kebijakan progresif: legalisasi aborsi, pengakuan pernikahan sesama jenis, dan regulasi ganja semuanya disahkan parlemen di masa jabatannya.

Namun bukan hanya kebijakan yang membuat Mujica dikenal. Gaya hidupnya juga mencuri perhatian.

Ia menolak tinggal di istana kepresidenan. Bersama sang istri, Lucía Topolansky, yang juga eks-gerilyawan dan politikus, Mujica memilih tinggal di rumah mungil mereka di pinggiran Montevideo. Tanpa pembantu. Hanya sedikit pengawal.

Mobil dinasnya sebuah Volkswagen Beetle 1987 berwarna biru muda. Gajinya hampir seluruhnya ia sumbangkan ke lembaga sosial.

Dunia menyebutnya “Presiden termiskin di dunia,”.

Namun Mujica menolak label itu.

“Mereka bilang saya presiden termiskin. Tidak. Bukan saya yang miskin. Miskin itu mereka yang terus ingin lebih. Mereka hidup dalam perlombaan tanpa akhir,” katanya dalam wawancara tahun 2012.

Meski mengkampanyekan hidup sederhana, pemerintahannya justru meningkatkan belanja publik. Defisit fiskal melebar. Lawan politik menuduhnya boros.

Ia juga gagal memenuhi janjinya soal reformasi pendidikan, salah satu agenda utama yang ia usung.

Namun satu hal yang tak bisa disangkal, Mujica bersih dari tuduhan korupsi. Ia juga tidak pernah mencoba mengganggu tatanan demokrasi.

Menjelang akhir masa jabatan, popularitas domestiknya mencapai hampir 70 persen. Ia terpilih kembali sebagai senator, lalu lebih banyak menghabiskan waktu berkeliling dunia.

“Jadi, apa yang bikin dunia kagum?,” katanya suatu kali.

“Bahwa saya hidup sederhana, rumah biasa, naik mobil tua? Jadi dunia ini gila karena terkejut dengan yang biasa saja,” pungkasnya.

Mujica pensiun dari dunia politik pada 2020 meskipun ia tetap menjadi tokoh sentral di Uruguay.

Penerus politiknya, Yamandú Orsi, terpilih sebagai presiden Uruguay pada bulan November. Kemudian, koalisi politik Frente Amplio memperoleh jumlah kursi parlemen terbesar sejak negara itu kembali ke demokrasi.

Tahun lalu, Mujica mengumumkan bahwa ia mengidap kanker. Ucapannya bahwa dirinya semakin mendekati ajal menjadi lebih sering terlontar. Namun, dia selalu mengucapkan hal itu sebagai sesuatu yang wajar, tanpa drama.(**)

Laman: 1 2

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *