JAKARTA, Pesanjabar.com – Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Amien Suyitno, M.Ag., menegaskan pentingnya peran guru sebagai pembangun peradaban, bukan sekadar penyampai pengetahuan. Hal itu disampaikan dalam acara pengukuhan 1.496 peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Aula Kampus 2 UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Prof. Amien menyuarakan konsep Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) sebagai pendekatan alternatif dalam pendidikan Islam. Menurutnya, pendidikan tak hanya berfokus pada pencapaian akademik, melainkan juga harus membangun relasi yang dilandasi kasih sayang, keadilan, dan cinta. “Guru bukan hanya mu’allim, tapi murabbi—pembimbing ruhani dan moral,” ujarnya.
Konsep ini disebut sebagai respons atas sistem pendidikan yang kerap terjebak dalam rutinitas administratif, standar evaluasi yang kaku, dan relasi yang tidak manusiawi antara guru dan peserta didik. Kurikulum Berbasis Cinta hadir untuk menghidupkan kembali nilai-nilai ruhaniah dalam pembelajaran, menjadikan cinta sebagai kekuatan spiritual dan moral.
Meski demikian, Prof. Amien tak menutup mata terhadap tantangan implementasi kurikulum ini. Ia mengakui bahwa cinta kerap mudah diucapkan namun sulit diwujudkan secara sistemik. Tanpa dukungan struktural seperti pelatihan guru yang humanis, beban administrasi yang rasional, dan lingkungan belajar yang aman, gagasan tersebut berisiko menjadi jargon belaka.
Mengutip pemikir pendidikan Paulo Freire, “Pendidikan adalah tindakan cinta dan keberanian.” Sementara itu, pesan sufistik Rumi pun menguatkan: “Jiwa hanya dapat terbangun oleh cinta.”
Dengan demikian, Kurikulum Berbasis Cinta bukan hanya idealisme kosong, tetapi ikhtiar untuk mengembalikan pendidikan pada ruh dasarnya: menyentuh jiwa, bukan sekadar memberi isi kepala. (*)