Presiden juga berbagi cerita masa pendidikannya di akademi militer, membandingkan kondisi asrama saat itu dengan fasilitas di Sekolah Rakyat yang menurutnya lebih baik.
“Di sini tiga siswa satu kamar mandi. Dulu kami 60 orang satu kamar, kamar mandi los pakai gayung,” kenangnya.
Prabowo menekankan bahwa Sekolah Rakyat hadir untuk memberi kesempatan baru bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu agar tetap bisa menempuh pendidikan dan percaya diri.
“Sekolah Rakyat ini menjadi wadah bagi anak-anak yang putus sekolah, kita tarik keluar dari rasa minder, lalu kita beri lingkungan terbaik agar mereka dapat pendidikan layak,” ujarnya.
Seorang siswi, Juniar Diah Afifah (16) dari Setiabudi, Jakarta Selatan, mengaku sangat senang bertemu langsung dengan Presiden. “Tadi sedang belajar, lalu ada pengumuman Presiden datang. Awalnya kaget, tapi senang sekali bisa bertemu langsung,” katanya.
Hingga kini, pemerintah telah merintis 100 Sekolah Rakyat di berbagai daerah. Jumlah tersebut ditargetkan meningkat menjadi 165 sekolah pada akhir September, dengan kapasitas 15.895 siswa, 2.407 guru, dan 4.442 tenaga pendidik. (**)