Tepat ketika matahari mulai condong ke barat, komando penurunan bendera dikumandangkan. Seluruh peserta upacara dan masyarakat berdiri tegak memberi penghormatan. Jalan-jalan di sekitar alun-alun yang biasanya ramai kendaraan seketika lengang, menciptakan suasana hening penuh kekhusyukan. Sang Merah Putih perlahan diturunkan dengan iringan musik yang menggetarkan, membuat suasana semakin sakral dan mengharukan.
Dalam kesempatan tersebut, Kang Akur menyampaikan rasa syukur dan kebanggaannya atas khidmatnya prosesi penurunan bendera tahun ini.
“Setiap kali Sang Merah Putih diturunkan, kita diajak untuk kembali merenungi betapa besar pengorbanan para pendahulu bangsa. Bendera ini bukan sekadar kain, melainkan simbol darah, air mata, dan semangat perjuangan yang harus terus kita jaga,” ujar Kang Akur dengan suara bergetar penuh haru.
Ia juga mengajak masyarakat Subang, khususnya generasi muda, untuk tidak hanya merayakan kemerdekaan secara seremonial, tetapi juga mengisinya dengan kontribusi nyata dalam pembangunan.
“Kemerdekaan harus kita isi dengan kerja nyata, persatuan, dan gotong royong. Mari kita bersama-sama mewujudkan Subang yang lebih maju, sejahtera, dan tetap menjaga nilai-nilai kebangsaan yang diwariskan para pejuang,” tambahnya.
Upacara ditutup dengan lantunan Hymne Subang yang dibawakan oleh Paduan Suara Korpri Kabupaten Subang. Lagu tersebut menggema di seluruh alun-alun, menutup prosesi dengan nuansa kebersamaan yang hangat sekaligus meneguhkan semangat perjuangan menuju Indonesia Maju. (**)