Kesimpulan
Kerusuhan 2025 adalah pertemuan antara ledakan spontan rakyat dengan pertarungan elit.
- Faktor penyebab: ketimpangan struktural, moral shock korban jiwa, efek psikologis massa, serta percepatan teknologi digital.
- Pelaku lapangan: mahasiswa, masyarakat marjinal, kriminal oportunis, dan provokator.
- Elit politik dan ekonomi memanfaatkan momentum untuk kepentingan masing-masing.
Tidak ada satu dalang tunggal; kerusuhan adalah orkestra multi-aktor. Ironinya, rakyat yang paling menderita, sementara elit—oposisi, faksi internal, aparat, oligarki, bahkan asing—justru mendapat keuntungan.
Tanpa reformasi struktural, transparansi elit, dan pendekatan keamanan humanis, kerusuhan serupa berpotensi berulang di masa depan.
Daftar Pustaka
- Gerbaudo, P. (2018). The Digital Party: Political Organisation and Online Democracy. Pluto Press.
- Hadiz, V. (2010). Localising Power in Post-Authoritarian Indonesia. Stanford University Press.
- Jasper, J. (1997). The Art of Moral Protest. University of Chicago Press.
- Winters, J. (2011). Oligarchy. Cambridge University Press.
- Laporan Reuters, AP News, Financial Times, Bloomberg, The Guardian (Agustus–September 2025).
- Catatan sejarah Reformasi 1966 & 1998, serta aksi 2019 menolak RKUHP dan revisi UU KPK.
Penulis:Perhimpunan Intelektual Muslim Indonesia (HILMI)






