Akar Historis
Kerusuhan 2025 bukanlah peristiwa tanpa preseden. Ada tiga momen penting sebelumnya:
- 1966: Penembakan mahasiswa Arif Rachman Hakim → moral shock → legitimasi gerakan → intervensi militer → peralihan kekuasaan ke Soeharto.
- 1998: Penembakan mahasiswa Trisakti → moral shock → kerusuhan massal → jatuhnya Orde Baru.
- 2019: Aksi Gejayan Memanggil dan protes UU KPK → mobilisasi leaderless melalui media sosial → preseden terdekat bagi 2025.
Benang merah: adanya pemicu simbolik, korban jiwa, serta penunggangan elit yang mengubah protes menjadi perubahan politik besar.
Faktor Penyebab Kerusuhan 2025
Kerusuhan September 2025 terjadi akibat kombinasi empat faktor:
- Struktural: ketimpangan sosial-ekonomi; tunjangan hunian DPR Rp50 juta/bulan dianggap tidak adil.
- Situasional: tewasnya driver ojol karena terlindas kendaraan Brimob → moral shock publik.
- Psikologis: efek domino kerumunan; aksi damai berubah jadi kekerasan dan penjarahan.
- Teknologis: media sosial mempercepat eskalasi melalui hashtag viral seperti #TolakTunjanganDPR dan #ReformasiDikorupsi2.
Pelaku Lapangan dan Pola Aksi
Kerusuhan melibatkan aktor heterogen:
- Mahasiswa: garda moral dengan tuntutan politik.
- Masyarakat marjinal: ikut serta karena frustrasi ekonomi.
- Kriminal oportunis: melakukan penjarahan tanpa agenda politik.
- Provokator/penyusup: indikasi adanya aktor terlatih (sepatu lars, pola pembakaran sistematis).
Kombinasi ini menjadikan protes cepat berubah menjadi tragedi nasional.