Program pembinaan karakter dan kedisiplinan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Subang bekerja sama dengan TNI AU di Lanud Suryadarma mencerminkan upaya institusional untuk menanggulangi gejala sosial di kalangan remaja, khususnya perilaku menyimpang yang mulai marak di usia sekolah.
1. Pendidikan sebagai Agen Sosialisasi
Dalam sosiologi, keluarga dan sekolah merupakan dua agen sosialisasi primer yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak. Ketika terjadi kegagalan dalam proses sosialisasi di lingkungan ini-misalnya anak menjadi pelaku tawuran, membolos, atau menyalahgunakan narkoba-negara memiliki peran penting sebagai agen sosialisasi sekunder yang dapat melakukan intervensi melalui institusi formal seperti sekolah dan lembaga militer.
Melalui program ini, pemerintah menghadirkan fungsi laten pendidikan, yaitu pembinaan kepribadian dan nilai-nilai sosial berupa disiplin, tanggung jawab, serta resiliensi.
2. Pencegahan Penyimpangan Sosial (Social Control)
Dari perspektif teori kontrol sosial (social control theory), perilaku menyimpang terjadi ketika individu tidak memiliki ikatan yang kuat dengan norma dan nilai sosial. Program pembinaan ini berfungsi sebagai bentuk kontrol sosial formal yang bertujuan mengembalikan para siswa ke jalur norma yang berlaku.
Penggunaan pendekatan militer yang terstruktur dan disiplin dapat dipahami sebagai cara untuk menanamkan kembali nilai-nilai sosial yang diabaikan, seperti ketertiban, kerja sama, dan integritas.
3. Reintegrasi Sosial
Program ini tidak hanya bertujuan menghukum, tetapi lebih kepada rekonstruksi perilaku melalui pembinaan dan pelatihan kepemimpinan. Hal ini mendukung proses reintegrasi sosial, yaitu kembalinya individu ke lingkungan sosial dengan peran dan identitas baru yang lebih positif.
Dengan catatan: keberhasilan reintegrasi ini akan sangat bergantung pada dukungan lanjutan dari sekolah, keluarga, dan lingkungan sekitar, agar siswa tidak kembali terjebak dalam perilaku menyimpang.
4. Modal Sosial dan Kolaborasi Lintas Sektor
Keterlibatan keluarga, sekolah, dan aparat militer dalam program ini merupakan contoh dari penguatan modal sosial, yaitu hubungan timbal balik antarindividu dan institusi yang saling mendukung demi tujuan bersama. Modal sosial yang kuat terbukti mampu menurunkan risiko kenakalan remaja, karena anak-anak merasa diawasi, diperhatikan, dan terlibat dalam kehidupan sosial secara bermakna. **
Penulis: Akhmad Basuni Alumni Pasca Sarjana Unpad Bidang Kajian Utama Sosiologi dan Dosen Fikom Universitas Subang