Dedi menuturkan, ada kekhawatiran jika kabar serapan tenaga kerja yang mencapai belasan ribu itu tidak terealisasi. Sebab menurutnya, saat ini banyak pabrik yang mulai mengandalkan teknologi untuk membuat suatu produk.
Karena itu, Dedi menekankan BYD harus bisa memastikan berapa tenaga kerja yang dibutuhkan untuk fasilitas produksi di Subang tersebut. Dia punya mengharapkan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pabrik BYD itu berasal dari Subang.
“Karena teknologinya sudah robot, kalau mobil kan harus kita analisis dulu secara benar dan penyampainya 18 ribu. Zamannya AI kan pasti yang mengerjakan mesin-mesin produksi otomotif kan pasti pakai robot,” ungkapnya.
“Prioritas tenaga kerja terampil dari Subang,” pungkasnya dikutip dari: detik.com(**)