SUBANG, Pesanjabar.com — Awalnya Kampung Banceuy adalah Kampung Negla (Neunggang Jeung Lega) yang terdapat 7 keluarga yaitu eyang ito, Aki leutik, Eyang Malim, Aki Alman, Eyang Ono, Aki uti, dan Aki Arsiam. Sekitar tahun 1800-an di Kampung Negla terjadi angin puting beliung yang merusak perkebunan dan peternakan. Sehingga ke tujuh tokoh Kampung Negla ngaBanceuy ( Bermusyawarah ) dan terjadi kesepakatan nama Kampung Negla menjadi kampung banceuy perubahan kampung diharapkan penduduk akan hidup lebih baik dan diberkati seperti kata “BANCEUY”. Banceuy berarti musyawarah diperingati setiap akhir tahun dan dikenal istilah “Ruwatan Bumi”, atau lebih sering disebut “ngaruwat bumi”.
Setiap akhir tahun, Kampung Adat Banceuy menyambut perayaan Ngaruwat Bumi, sebuah tradisi yang telah ada sejak abad ke-19. Tahun ini, dari tanggal 24 hingga 26 Juni, warga Banceuy kembali menggelar serangkaian acara yang penuh makna dan kearifan lokal.
Hari pertama dimulai dengan kehangatan pagi yang diselimuti aroma wangi tumpeng dan doa. Prosesi Dadahut, Pintu Hek, dan Nyawen menjadi ritual pembuka yang membawa nuansa sakral. Setelah itu, warga melanjutkan dengan Ijab Kabul Meuncit Munding dan Ngalawar, sebuah tradisi yang menghubungkan mereka dengan leluhur dan alam semesta. Tak hanya ritual keagamaan, malam hari dihiasi oleh pertunjukan seni Gembyung, serta berbagai kesenian tradisional yang memikat hati setiap penonton.
Hari kedua, 25 Juni, suasana semakin khidmat. Tumpengan yang diarak di tengah kampung menyimbolkan rasa syukur atas berkah yang diberikan oleh Tuhan. Acara Ngarak Dewi Sri dan Nyawer Dewi Sri menjadi tanda kesatuan masyarakat dalam menjaga keseimbangan alam. Saat malam menjelang, seluruh warga berkumpul menyaksikan pagelaran wayang golek, sebuah seni pertunjukan yang selalu menjadi daya tarik utama dalam setiap perayaan di Banceuy.
Penutupan acara pada 26 Juni diwarnai dengan Tabligh Akbar yang mempererat ikatan spiritual di antara masyarakat. Acara ini bukan hanya merayakan tradisi, tetapi juga menjadi pengingat pentingnya menjaga nilai-nilai kebersamaan dan kesederhanaan dalam menjalani hidup.
Ngaruwat Bumi bukan sekadar festival budaya. Ini adalah momen penting bagi masyarakat Banceuy untuk mengenang sejarah, menghormati leluhur, dan merayakan hidup bersama alam serta sesama. Tradisi yang terus hidup dan berkembang ini, menjadikan Banceuy sebagai kampung yang penuh cerita dan warisan yang tak pernah pudar oleh waktu. (**)