Menurut Agus, sektor manufaktur sangat sensitif karena melibatkan ekosistem luas, mulai dari investasi, logistik, tenaga kerja, energi, hingga ketersediaan bahan baku. Ia juga menekankan bahwa selain PMI, Kementerian Perindustrian mengandalkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang cakupannya lebih luas sebagai acuan.
Secara global, capaian PMI Indonesia pada Agustus 2025 tercatat lebih tinggi dibandingkan sejumlah negara maju, seperti Jerman, Jepang, Korea Selatan, Inggris, bahkan China yang hanya mencapai 50,5.
Agus menegaskan, kinerja ini semakin mengokohkan sektor manufaktur sebagai motor penggerak ekonomi nasional. “Arahan Presiden Prabowo agar Indonesia menjadi negara industri kuat menjadi energi baru bagi kami,” ujarnya. (**)