Harga Sembako Turun Pasca-Lebaran, Jabar Alami Deflasi di Mei 2025

pinterest/sae/PESANJABAR
Ilustrasi Deflasi Ekonomi

Kota Bandung, Pesanjabar.com – Provinsi Jawa Barat mencatatkan deflasi pada Mei 2025 setelah dua bulan berturut-turut mengalami inflasi. Penurunan harga terjadi terutama pada komoditas sayur mayur, yang sebelumnya mengalami lonjakan menjelang dan saat Idulfitri April lalu. Kondisi ini turut menahan laju inflasi tahunan di provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia tersebut.

Menurut Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat, Darwis Sitorus, deflasi pada Mei 2025 menjadi momentum penting dalam menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok di masyarakat.

“Walau terjadi deflasi, ada juga komoditas yang mengalami inflasi diantaranya tomat (0,04) persen, emas perhiasan (0,02 persen), dan tarif pulsa ponsel (0,02 persen),” jelas Darwis dalam keterangan persnya, Senin (2/6/).

Ia menyebutkan bahwa deflasi ini berkontribusi pada pengendalian inflasi secara keseluruhan di Jawa Barat.

“Deflasi pada Mei 2025 menahan laju inflasi Jabar secara tahunan,” ungkapnya.

Berdasarkan data BPS Jabar, inflasi tahun kalender (year to date) tercatat sebesar 0,98 persen, sementara inflasi tahunan (year on year) mencapai 1,47 persen, menunjukkan situasi inflasi yang relatif terkendali.

Deflasi pada bulan Mei sebagian besar dipicu oleh turunnya harga sejumlah komoditas pangan, khususnya kelompok sayur mayur dan protein hewani. Lima komoditas utama penyumbang deflasi antara lain:

  • Cabai rawit (-0,12 persen)

  • Bawang merah (-0,10 persen)

  • Cabai merah (-0,07 persen)

  • Daging ayam ras (-0,04 persen)

  • Bawang putih (-0,03 persen)

Turunnya harga-harga tersebut dipicu oleh normalisasi pasokan dan turunnya permintaan setelah masa puncak konsumsi selama Ramadan dan Idulfitri. Menurut Darwis, hal ini berkontribusi besar terhadap tren deflasi bulanan.

“Lebaran usai harga makanan kembali normal, tarif transportasi juga kembali normal sehingga deflasi. Kalau kenaikan tarif pulsa ponsel mendorong kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 0,29 persen,” jelasnya.

BPS juga mencatat bahwa secara kelompok pengeluaran, terdapat tiga kelompok yang mengalami deflasi secara bulanan (month to month), yaitu:

  • Kelompok makanan, minuman, dan tembakau: -1,14 persen

  • Kelompok transportasi: -0,25 persen

  • Kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga: -0,01 persen

Normalisasi tarif transportasi pasca-Lebaran memberikan kontribusi penting dalam kelompok pengeluaran ini, seiring dengan berkurangnya aktivitas mudik dan wisata.

Di sisi lain, kenaikan harga tomat, emas perhiasan, dan pulsa ponsel memicu inflasi di beberapa kelompok lainnya, khususnya kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

Menariknya, seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat mengalami deflasi secara bulanan. Kota Bekasi mencatat deflasi tertinggi sebesar 0,46 persen, disusul oleh Kabupaten Bandung sebesar 0,37 persen. Sementara itu, Kota Tasikmalaya mengalami deflasi terendah yakni 0,01 persen, menunjukkan disparitas tekanan harga antarwilayah meskipun dengan tren yang serupa.

Data ini mencerminkan pengaruh signifikan dari fluktuasi harga pangan dan jasa transportasi terhadap tingkat inflasi/deflasi bulanan di Jawa Barat. Dengan kondisi yang relatif stabil, diharapkan daya beli masyarakat dapat terus terjaga dan inflasi tetap terkendali sepanjang tahun 2025, dilansir dari laman resmi Jabarprov.(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *