Lebih lanjut, Gus Yahya menjelaskan bahwa pembangunan gedung di pesantren, baik berupa madrasah maupun asrama, dilakukan untuk kepentingan para santri sendiri, karena mereka yang akan memanfaatkan fasilitas tersebut.
“Membangun madrasah itu untuk kegiatan belajar mereka. Membangun kamar juga untuk tempat tinggal mereka sendiri. Jadi ini soal tradisi pesantren, bukan mempekerjakan santri,” jelasnya.
Ia juga menegaskan bahwa pesantren merupakan lembaga pengabdian non-profit, bukan badan usaha yang mencari keuntungan. Tradisi kerja bakti di pesantren mencerminkan semangat kebersamaan, solidaritas, dan keikhlasan dalam membangun.
“Justru ini menjadi contoh bagaimana kita menghadapi masa dan tantangan bersama dengan bersatu dan bekerja sama,” pungkas Gus Yahya. (**)