SUBANG. pesanjabar.com – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali menggelar rangkaian kegiatan “Jelajah Negeri Bangun Antikorupsi”, kali ini menyambangi Kabupaten Subang, Jawa Barat. Dalam kesempatan tersebut, PesanJabar berkesempatan mewawancarai secara eksklusif Amir Arief, Direktur Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi KPK, di sela-sela kegiatan yang digelar pada Jumat, 19 Juli 2025.
Sudah sejak kapan program ini berjalan, dan bagaimana mekanisme pemilihannya?
Amir menjelaskan, program edukasi keliling ini sudah berlangsung sejak 2014 dengan menggunakan bus antikorupsi yang khas dan interaktif. Bus tersebut menjelajahi berbagai wilayah Indonesia, dari Sumatera hingga Jawa, menyapa masyarakat secara langsung.
“Kami sudah keliling sejak 2014. Dulu kami datang dengan bus besar. Tapi sejak tahun ini, bus itu sudah tidak kami gunakan keluar Jakarta karena usianya sudah lebih dari 10 tahun. Sekarang kami pakai bus kecil, supaya bisa menjangkau wilayah yang lebih kecil, sampai tingkat kecamatan.”
Menurutnya, pemilihan daerah bukan bersifat acak, melainkan berdasarkan indikator kebutuhan edukasi dan hasil pemetaan. KPK mempertimbangkan skor Monitoring Center for Prevention (MCP) serta Survei Penilaian Integritas (SPI), untuk menentukan daerah mana yang memerlukan intervensi pencegahan lebih kuat. Subang bagian daerah yang ter- mapping untuk kegiatan sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi KPK.
Apa yang menjadi target utama dari kegiatan Jelajah Negeri ini?
“Target kami jelas: membangun kesadaran kolektif masyarakat tentang pentingnya integritas, dimulai dari usia muda. Karena korupsi bukan sekadar pelanggaran hukum, tapi krisis nilai dan budaya,” ungkap Amir.
Ia menegaskan bahwa sasaran program ini mencakup masyarakat umum, ASN, dan yang paling utama: generasi muda, mulai dari siswa SMP, SMA, mahasiswa, hingga guru dan kepala sekolah.
“Pendidikan antikorupsi itu harus dimulai sejak dini. Karena integritas dan kejujuran itu dibangun dari rumah, diperkuat oleh sekolah, dan harus jadi budaya sosial. Kita harus bekali anak-anak kita agar tidak terbiasa dengan praktik menyimpang sejak kecil.”
Mengapa generasi muda menjadi perhatian utama?
Amir Arief menyebutkan bahwa generasi muda adalah penentu masa depan bangsa, sekaligus pihak yang paling rentan dan paling mudah diarahkan pada nilai-nilai positif bila diberikan ruang dan bimbingan yang tepat.
“Mereka ini agent of change. Kalau kita gagal mendidik mereka hari ini, maka 10–20 tahun ke depan, kita akan punya pemimpin-pemimpin yang tidak jujur. Itulah kenapa kami datangi sekolah, kampus, bahkan desa-desa.”
Kegiatan edukasi antikorupsi, lanjut Amir, juga dikaitkan dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di mana mahasiswa bisa magang langsung di KPK, serta menjadi relawan integritas yang menyebarkan nilai-nilai antikorupsi di komunitasnya.
Apa bentuk keterlibatan masyarakat dalam kegiatan ini?
Selain edukasi di sekolah dan kampus, kegiatan ini juga dirancang sebagai forum edukatif interaktif untuk masyarakat luas. KPK melibatkan berbagai elemen, termasuk tokoh masyarakat, camat, kepala desa, hingga pelaku usaha dan ASN.
“Kami ingin menjangkau sebanyak mungkin lapisan masyarakat. Bahkan, di beberapa daerah, kami sudah masuk ke desa-desa. Karena kami percaya, perubahan tidak bisa top-down saja, tapi harus melibatkan warga secara aktif.”
Apa harapan ke depan terhadap program ini?
Di akhir wawancara, Amir Arief menyampaikan harapannya agar kegiatan seperti ini bisa rutin digelar dan dilanjutkan oleh pemerintah daerah maupun lembaga pendidikan.
“Kita ingin membangun budaya antikorupsi yang berkelanjutan. Harus dimulai dari rumah, diperkuat oleh sekolah, dan dijaga oleh lingkungan. Ini bukan pekerjaan instan, tapi kerja jangka panjang yang membutuhkan kolaborasi semua pihak.”
Amir juga menekankan pentingnya peran media dalam menyuarakan kampanye antikorupsi secara masif dan konsisten.
“Media seperti PesanJabar ini adalah mitra strategis kami. Suara media bisa mengubah pola pikir masyarakat. Mari kita jaga integritas bersama.”