Subang, Pesanjabar.com – Kelahiran Pancasila pada 1 Juni 1945 merupakan tonggak penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Sebagai dasar negara yang menggambarkan semangat persatuan dalam keberagaman, Pancasila bukan hanya hasil pemikiran tokoh nasionalis sekuler, tetapi juga melibatkan kontribusi besar dari kalangan ulama. Para ulama dari berbagai organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan tokoh-tokoh independen turut serta dalam merumuskan nilai-nilai Pancasila agar sejalan dengan ajaran agama dan keutuhan bangsa.
Selain kontribusi pemikiran, dalam beberapa momentum sejarah, para ulama juga memanjatkan doa khusus demi keberkahan dan keselamatan bangsa dalam merawat Pancasila. Walau tidak ada teks doa resmi yang disebut “Doa Kelahiran Pancasila” dalam kitab klasik, namun berbagai ulama dan kiai Indonesia telah menunjukkan bentuk dukungan spiritual terhadap ideologi Pancasila melalui pengajian kebangsaan, istighotsah, hingga doa dalam sidang kenegaraan.
Kontribusi Ulama dalam Perumusan Pancasila
1. Peran KH Wahid Hasyim dan KH Abdul Wahid
KH Wahid Hasyim, sebagai Menteri Agama pertama RI dan putra pendiri NU KH Hasyim Asy’ari, menjadi jembatan penting antara kaum nasionalis dan Islamis dalam perumusan Piagam Jakarta. Ia turut berperan dalam kesepakatan penghilangan tujuh kata “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” demi menjaga keutuhan bangsa.
2. Piagam Jakarta dan Ijtihad Ulama
Dalam proses pembentukan dasar negara, para ulama mendukung penggabungan nilai-nilai universal Islam ke dalam Pancasila. Nilai-nilai seperti Tauhid, Keadilan, Musyawarah, dan Persatuan telah lama hidup dalam khazanah keislaman, dan diakui sebagai sejalan dengan Pancasila.
Tradisi Doa Ulama untuk Keutuhan NKRI dan Pancasila
1. Doa dalam Muktamar NU dan Harlah Pancasila
Dalam berbagai Muktamar NU, seperti pada Muktamar ke-33 di Jombang tahun 2015, para kiai besar NU secara eksplisit menyuarakan komitmennya terhadap Pancasila dan memanjatkan doa untuk keselamatan bangsa dan kekokohan dasar negara. Kyai Said Aqil Siradj (mantan Ketua Umum PBNU) pernah menyatakan bahwa “Pancasila adalah hasil ijtihad ulama dan nasionalis yang diridhai Allah untuk Indonesia.”
2. Istighotsah Kebangsaan
Istighotsah Kebangsaan merupakan tradisi NU dan ormas Islam lainnya yang berisi doa bersama demi keselamatan bangsa, persatuan umat, dan tegaknya Pancasila. Misalnya, dalam acara Istighotsah dan Doa untuk Negeri di berbagai pesantren seperti Lirboyo, Ploso, dan Tebu Ireng, para ulama secara konsisten mendoakan agar Indonesia dijauhkan dari fitnah ideologi asing yang ingin merusak Pancasila.
Contoh doa yang umum dibaca dalam acara kebangsaan:
اللَّهُمَّ احْفَظْ إِنْدُونِيسِيَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ وَفِتْنَةٍ، وَثَبِّتْهَا عَلَى الْوَحْدَةِ وَالسَّلَامِ وَمَبَادِئِ بَنْجَاسِيلَا، آمِيْنَ
“Ya Allah, lindungilah Indonesia dari segala keburukan dan fitnah. Teguhkanlah negeri ini di atas persatuan, perdamaian, dan prinsip-prinsip Pancasila. Aamiin.”
Doa KH Ma’ruf Amin (Wapres RI ke 13 & Mustasyar PBNU)
“Ya Allah, jadikanlah bangsa Indonesia bangsa yang damai, bangsa yang bersatu. Jauhkanlah kami dari perpecahan, dari radikalisme, dari kekerasan. Kokohkan bangsa ini dengan nilai-nilai Pancasila yang Engkau ridhai.”
Disampaikan dalam Pengajian Nasional di Istana Negara, Juni 2021.
3. Doa dalam Pengajian Nasional Muhammadiyah
Tokoh Muhammadiyah seperti Buya Syafii Maarif dan Haedar Nashir juga sering menekankan pentingnya Pancasila sebagai jalan tengah bangsa. Dalam pengajian-pengajian nasional Muhammadiyah, dibacakan doa agar umat Islam tetap menjadi penjaga moral bangsa dan pengawal Pancasila sebagai ideologi pemersatu.
“Ya Allah, berkahilah negeri kami. Jadikanlah Pancasila sebagai jalan tengah pemersatu bangsa. Tanamkan dalam hati pemimpin kami keadilan dan keberanian. Hindarkan kami dari kezaliman, ekstremisme, dan perpecahan.”
Disampaikan oleh Buya Haedar Nashir dalam Pengajian Milad Muhammadiyah 2020.
4. Doa KH Said Aqil Siradj (Mantan Ketum PBNU)
“Semoga Allah SWT menjaga Pancasila, menjaga keutuhan NKRI, dan membimbing para pemimpin bangsa agar adil, jujur, dan berpihak pada rakyat. Ya Allah, jangan biarkan negeri kami diganggu oleh ideologi sesat yang ingin mengganti dasar negara kami.”
Dalam ceramah Harlah Pancasila 1 Juni 2019 di Pesantren Krapyak Yogyakarta.
Pancasila dalam Perspektif Islam
Banyak ulama, seperti Prof. Dr. Quraish Shihab dan KH Ma’ruf Amin, menyatakan bahwa Pancasila bukan bertentangan dengan Islam, melainkan selaras dengan maqashid syariah (tujuan-tujuan luhur dalam Islam). Oleh karena itu, dukungan ulama terhadap Pancasila bukan sekadar politis, tapi juga teologis.
Walau tidak ada “doa kelahiran Pancasila” yang baku dalam literatur keagamaan, namun para ulama Indonesia telah sejak awal menjadi bagian dari penjaga dan pendukung eksistensi Pancasila, baik secara pemikiran maupun spiritual. Melalui doa-doa dalam istighotsah, pengajian, muktamar, dan sidang kebangsaan, mereka memohon perlindungan Allah atas dasar negara ini agar tetap terjaga dari perpecahan dan ancaman ideologi lain.
Doa-doa tersebut adalah ekspresi cinta tanah air yang menjadi bagian dari iman, sebagaimana hadits: “Hubbul wathan minal iman.”
Sumber referensi;
Risalah Piagam Jakarta dan Sidang BPUPKI (1945) – Arsip Nasional RI
Muktamar NU ke-33, Jombang (2015) – PBNU.or.id
“Islam dan Pancasila Tidak Bertentangan” – Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah
Buku: Islam dan Pancasila – KH Ma’ruf Amin (2018)
Laporan BNPT & Kemenag tentang Moderasi Beragama (2022)
(**)