SUBANG. pesanjabar.com- Sabtu 19 Juli 2025 | Dalam rangka menanamkan nilai-nilai integritas sejak dini kepada generasi muda, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui Direktur Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi, Amir Arief, menggelar sosialisasi bertajuk “Membangun Integritas di Tengah Godaan Kekuasaan” di Kampus Universitas Subang, Sabtu (19/7).
Dalam paparannya, Amir menekankan bahwa godaan terbesar dalam kehidupan profesional bukanlah kesusahan, tetapi kekuasaan. “Bahkan jabatan sekecil apapun memberi kita kuasa. Dan di situlah letak godaannya,” tegasnya.
Ia menjelaskan, ketika seseorang diberi amanah, seperti memegang kas kecil, mengelola inventaris kantor, atau menjadi kasir, sejatinya ia telah memegang kekuasaan. Kekuasaan tersebut, sekecil apapun, bisa memicu penyimpangan bila tidak disertai integritas.
“Bahkan saat dititipi motor kantor, itu sudah bentuk kekuasaan. Dan kekuasaan, sekecil apapun, akan menggoda kita untuk curang jika tidak dijaga dengan nilai-nilai kejujuran,” kata Amir.
Dalam penyampaian materinya, Amir Arief memperkenalkan model Pentagon Fraud, sebuah pendekatan analitis untuk memahami akar penyebab korupsi, yang menjadi landasan KPK dalam upaya pencegahan.
Kelima elemen dalam Pentagon Fraud tersebut meliputi:
- Rationalization – Pembenaran atas perbuatan korup.
- Pressure – Tekanan internal dan eksternal yang mendorong seseorang berlaku curang.
- Opportunity – Lemahnya sistem yang memberi celah korupsi.
- Capability – Wewenang atau posisi yang memungkinkan manipulasi sistem.
- Arrogance – Sikap merasa tak tersentuh hukum atau kebal aturan.
Amir menambahkan, “Orang yang tahu sistem dan merasa tak akan ketahuan, biasanya merasa berhak menyimpang. Maka edukasi dan pengawasan harus jalan berdampingan.”
Abraham Lincoln dan Ujian Kekuasaan
Amir mengutip pernyataan Abraham Lincoln, Presiden Amerika Serikat ke-16, yang mengatakan bahwa, “Nearly all men can stand adversity, but if you want to test a man’s character, give him power.”
“Semua orang bisa bertahan saat susah. Tapi yang paling sulit adalah bertahan saat diberi kekuasaan. Di situlah karakter asli diuji,” ujar Amir menambahkan.
Korupsi Terjadi Karena Kesempatan
Lebih lanjut, Amir menyampaikan bahwa korupsi bukan hanya soal niat. Banyak orang awalnya tidak berniat curang, tetapi karena ada kesempatan, mereka tergoda. Ia mencontohkan kisah viral seorang pengemudi ojek online yang menemukan dompet berisi kartu ATM dan berhasil menarik uang dengan menebak PIN berdasarkan tanggal lahir dari KTP yang ada.
“Awalnya tidak ada niat. Tapi karena ada peluang, akhirnya tergoda juga. Ini bukti bahwa integritas harus dibangun sebelum godaan datang,” ujar Amir.
Pentingnya Teguran dan Lingkungan yang Baik
Amir juga mengingatkan pentingnya berbesar hati menerima teguran, terutama dari teman. “Kalau ditegur, jangan defensif. Jangan langsung berkata ‘Sok suci, lu juga sama aja.’ Jika yang dikatakan benar, maka terimalah dengan lapang dada. Itu bentuk cinta teman kepada kita,” katanya.
Ia menegaskan bahwa lingkungan sekitar sangat memengaruhi perilaku antikorupsi seseorang. “Orang luar negeri bisa sangat taat hukum di negaranya, tapi ketika masuk ke lingkungan yang permisif seperti di Indonesia, bisa ikut melanggar. Karena apa? Karena perilaku kita sangat dipengaruhi oleh kultur sosial,” ucapnya.
Rasionalisasi: Musuh dalam Selimut
Salah satu bahaya terbesar dari kecurangan, lanjut Amir, adalah rasionalisasi, yaitu ketika seseorang menyadari perbuatannya salah, tetapi menutupinya dengan alasan-alasan pembenaran.
“Biasanya muncul pembelaan: ‘Saya hanya mengambil karena gaji saya kurang’, atau ‘Saya melakukan ini karena terpaksa’. Padahal ini hanya mekanisme batin untuk menghalalkan kesalahan sendiri,” tegas Amir.
Waspada terhadap Tekanan dan Kompromi
Amir juga menyoroti bahaya dari tekanan (pressure) yang bisa membuat seseorang tergelincir dalam kompromi. “Awalnya dipaksa, lalu terbiasa. Dan saat tekanan itu mulai disertai imbalan, mulailah muncul pembenaran terhadap kecurangan,” katanya.
Ia mengingatkan bahwa kompromi terhadap prinsip seringkali dimulai dari hal kecil, lalu menjadi kebiasaan, hingga berubah menjadi sistem. “Semua tindakan menyimpang pada akhirnya ditutupi oleh seribu alasan pembenaran,” pungkasnya.
Pesan KPK untuk Generasi Muda
Melalui kegiatan ini, Amir Arief berharap generasi muda bisa memahami bahwa integritas bukan sekadar teori moral, tapi kompas utama dalam hidup dan karier. Menjaga kejujuran saat diberi kekuasaan, sebesar apapun itu, adalah tantangan nyata yang harus disiapkan sejak dini.
“Integritas bukan dilihat saat kamu miskin dan susah, tapi saat kamu diberi kekuasaan, posisi, dan kesempatan,” tutupnya. (**)