SUBANG, Pesanjabar.com – Warga Kampung Adat Banceuy, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, melaksanakan tradisi tahunan Ruwatan Bumi selama tiga hari berturut-turut, dari tanggal 24 hingga 26 Juni 2025. Tradisi ini menjadi bentuk ungkapan syukur kepada Tuhan serta penghormatan terhadap alam dan leluhur yang diwariskan secara turun-temurun.
Ciri khas dari prosesi ini adalah penyembelihan hewan munding (kerbau). Dagingnya tidak langsung dibagikan, melainkan dimasak dan disajikan secara khusus untuk dikonsumsi bersama warga sepanjang kegiatan berlangsung. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari penghormatan adat, bukan sebagai bentuk perayaan biasa.
Tokoh masyarakat Banceuy, Kang Odang, pada pesanjabar.com (24.06/2025) mengungkapkan bahwa munding memiliki makna penting dalam kehidupan masyarakat. Hewan ini dianggap mewakili nilai-nilai seperti ketekunan, ketangguhan, dan kesetiaan, mencerminkan peran besarnya dalam membantu pekerjaan petani.
“Setelah bekerja membantu mengolah sawah, munding biasa hewan yang dimandikan. Dagingnya juga sehat karena rendah kolesterol, dan selama tiga hari ruwatan, daging ini dihidangkan secara adat, bukan untuk foya-foya, melainkan sebagai bagian dari rangkaian suci,” terang Kang Odang.
Rangkaian acara Ruwatan Bumi juga diisi dengan doa bersama, penyajian sesaji adat, serta pertunjukan seni tradisional, termasuk alat musik khas Sunda seperti angklung dan calung. Di penghujung acara, warga berkumpul dalam kenduri adat, menandai kebersamaan dan rasa syukur atas berkah yang diterima.
Tradisi ini tidak hanya mempererat kebersamaan masyarakat, tetapi juga menjadi wadah edukasi budaya bagi generasi muda. Kang Odang berharap, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Ruwatan Bumi dapat terus diwariskan.
“Selama kita masih berpijak di tanah ini dan meminum air dari bumi, tradisi ini akan tetap hidup. Ini bukan soal masa lalu, tapi tentang bagaimana kita menghormati hidup dengan cara leluhur kita,” tutupnya