REDAKSI.pesanjabar.com – Perubahan sosial di pedesaan saat ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan kota dan arus globalisasi, terutama akibat pesatnya teknologi informasi. Kondisi ini menjadi tantangan bagi masyarakat desa untuk terus menghidupkan kembali nilai-nilai kearifan lokal yang kian tergerus oleh budaya global yang hadir melalui internet dan berbagai platform digital. Karena itu, penting adanya edukasi dan kesadaran dalam memanfaatkan teknologi, agar justru menjadi sarana memperkuat identitas dan aktivitas warga desa, termasuk dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan.
Berbagai gerakan seperti pemulihan ekosistem mangrove, aksi bersih sampah, pengelolaan limbah, dan konservasi air, tanah, serta udara perlu mendapatkan dukungan nyata dari seluruh elemen masyarakat desa. Penelitian dan pengembangan sosial juga berperan besar dalam mendorong perubahan positif tersebut.
Sejak warga memulai aktivitas pagi hingga kembali beristirahat, perlu ditanamkan sikap bijak dalam memanfaatkan sumber daya alam agar tetap berkelanjutan bagi semua makhluk hidup. Banyak inovasi yang telah direkomendasikan melalui riset warga maupun lembaga resmi, khususnya dalam pengelolaan sampah. Untuk sampah organik, terdapat metode seperti biokonversi maggot BSF, bio aktivator, bio drying, biogas, bioetanol, smart komposter, komposter bata terawang, hingga komposter alami. Sementara untuk sampah anorganik, ada pengolahan seperti petasol, RDF, biji plastik, Maung Tech, dan lainnya.






