Cerita Nurhayati hanyalah sepotong dari puluhan kisah lain yang terselip di balik prosesi pengukuhan. Ada orang tua yang berulang kali mengusap air mata, ada pula yang tak henti-hentinya mengabadikan momen dengan kamera ponsel. Semua menyatu dalam suasana penuh haru dan rasa syukur.
Di sisi lain, para pelajar yang baru dikukuhkan tampak menyadari betapa besar tanggung jawab yang mereka emban. Bukan sekadar mengibarkan Sang Merah Putih pada 17 Agustus nanti, melainkan menjadi simbol disiplin, keteladanan, dan semangat juang generasi muda.
Pengukuhan Paskibraka Sumedang 2025 tidak hanya menjadi acara seremonial, melainkan juga sebuah peristiwa emosional yang mengikat keluarga, sekolah, dan masyarakat. Air mata bahagia, pelukan penuh kebanggaan, hingga doa-doa tulus yang dipanjatkan menjadi bukti bahwa semangat kemerdekaan masih hidup dan diwariskan dari generasi ke generasi. (****)