Hoax Pelatih Lumba-Lumba Dibunuh Orca, Begini Cara Verifikasi Video Viral

beritasatu.com/PESANJABAR
Viral video klaim pelatih lumba-lumba tewas diserang orca, ternyata hoax.

JAKARTA.pesanjabar.com – Sebuah video yang diklaim memperlihatkan pelatih lumba-lumba bernama Jessica Radcliffe tewas diserang orca saat pertunjukan di taman laut viral di media sosial dan memicu keresahan publik.

Hasil pemeriksaan fakta memastikan kejadian tersebut tidak pernah terjadi. Tidak ada bukti resmi, laporan media kredibel, atau catatan keberadaan Jessica Radcliffe. Analisis forensik digital menunjukkan video itu merupakan rekayasa berbasis teknologi AI, memadukan sulih suara buatan dan cuplikan arsip tak terkait.

Sejumlah versi video bahkan menambahkan klaim palsu bahwa paus pembunuh terprovokasi darah menstruasi, narasi yang tak memiliki dasar ilmiah. Pemeriksa fakta menegaskan bahwa unsur seperti ini sering digunakan untuk meningkatkan efek emosional dan mempercepat penyebaran hoax.

Kasus ini diduga meminjam elemen dari insiden nyata, seperti kematian pelatih SeaWorld Dawn Brancheau di Florida (2010) dan Alexis Martínez di Spanyol (2009), yang terdokumentasi luas dan diangkat dalam film dokumenter Blackfish.

Peneliti mengungkap, hoax kerap menyadur detail dari peristiwa sebenarnya untuk terlihat kredibel. Hal ini berpotensi menyesatkan publik, mengaburkan isu penangkaran satwa laut, serta melukai keluarga korban asli.

Psikolog mengingatkan adanya efek “kebenaran ilusi”, yakni paparan berulang terhadap informasi palsu dapat menguatkan keyakinan yang salah meski telah dibantah. Kelompok pemeriksa fakta pun menyerukan moderasi cepat dan pelabelan jelas pada konten hasil AI.

Tips Verifikasi Video Viral (The Guardian):

  1. Pastikan media kredibel melaporkan kejadian tersebut.

  2. Gunakan pencarian gambar/video terbalik untuk menelusuri sumber asli.

  3. Perhatikan tanda manipulasi seperti sinkronisasi bibir buruk, pencahayaan tak wajar, atau bayangan tidak konsisten.

Kasus Jessica Radcliffe ini sepenuhnya rekayasa AI dan menjadi pengingat penting bahwa di era digital, membedakan fakta dan fiksi membutuhkan kewaspadaan ekstra. (**)

Source: beritasatu.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *