Tambak 3 Hektare dan Perjuangan Panjang: Kisah Pak Ono yang Menginspirasi Mahasiswa KKNM

Fahmi/PESANJABAR
Pada Sabtu, 19 Juli 2025, Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa (KKNM) Universitas Subang (UNSUB) dari Kelompok 22 melakukan kunjungan lapangan ke tambak milik Bapak Ono, seorang petani tambak di Desa Pangarengan, Kecamatan Legonkulon, Kabupaten Subang.

SUBANG.pesanjabar –Pada Sabtu, 19 Juli 2025, Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa (KKNM) Universitas Subang (UNSUB) dari Kelompok 22 melakukan kunjungan lapangan ke tambak milik Bapak Ono, seorang petani tambak di Desa Pangarengan, Kecamatan Legonkulon, Kabupaten Subang. Kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh mahasiswa di desa setempat.

Dalam pertemuan yang berlangsung akrab, Bapak Ono menceritakan kisahnya sebagai petani tambak yang telah ia geluti selama hampir 17 tahun. Profesi ini merupakan warisan keluarga yang ia lanjutkan sejak awal pernikahannya.

“Dari pertama kali nikah sampai sekarang, ya sekitar tujuh belas tahunan,” ujarnya.

Tambak milik Bapak Ono memiliki luas sekitar 3 hektare dan dikelola secara mandiri. Komoditas utama yang dibudidayakan adalah udang dan bandeng, dengan panen yang dilakukan setiap empat bulan sekali. Dalam kondisi baik, hasil panen bisa mencapai sekitar satu ton. Namun, tantangan seperti gangguan ular yang memangsa bibit ikan sering kali menjadi kendala serius.

Ia juga menuturkan bahwa pendapatan dari tambak sangat bergantung pada kondisi cuaca dan musim. Hal ini membuat hasil panen tidak selalu stabil.

“Hasil panen tergantung musim. Kadang bagus, kadang tidak stabil,” jelasnya.

Hasil panen umumnya dijual langsung kepada bandar. Sayangnya, Bapak Ono menyebut bahwa dukungan dari pemerintah masih sangat minim.

“Bantuan pemerintah masih jarang, setahun sekali juga belum tentu,” katanya.

Bantuan yang pernah diterima pun terbatas pada bibit ikan, terutama bibit bandeng. Ia berharap ke depannya pemerintah dapat memberikan dukungan yang lebih menyeluruh, khususnya dalam hal pemasaran hasil panen dan ketersediaan bibit unggul.

“Yang dibutuhkan itu pemasarannya, sama bibit,” harapnya.

Salah satu mahasiswa KKNM, Wanda, menyampaikan bahwa kunjungan ini menjadi pengalaman berharga bagi dirinya dan rekan-rekan mahasiswa untuk memahami langsung realita di lapangan.

“Kami belajar banyak dari Bapak Ono. Ini membuka wawasan kami tentang tantangan yang dihadapi petani tambak tradisional, dan pentingnya dukungan dari berbagai pihak,” ujar Wanda.

Kunjungan ini memberikan pengalaman bermakna bagi para mahasiswa Universitas Subang dalam memahami kondisi riil petani tambak tradisional. Mereka juga menyadari pentingnya perhatian lebih dari pemerintah dan stakeholder terkait dalam mendukung sektor perikanan rakyat. (**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *