Memaknai Kelahiran Pancasila dalam Tantangan Generasi Alpha

freepik/saae/PESANJABAR
Hari Kelahiran Pancasila

Subang, Pesanjabar.com – Setiap tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila. Peringatan ini bukan hanya menjadi momen seremonial, tetapi juga refleksi atas nilai-nilai dasar negara yang menjadi fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam konteks kekinian, terutama menghadapi tantangan zaman dan dinamika global, penting untuk menanamkan makna kelahiran Pancasila kepada Generasi Alpha—generasi yang lahir sejak tahun 2010 ke atas, dan tumbuh dalam ekosistem digital serta teknologi canggih.

Pancasila: Landasan dan Identitas Bangsa

Pancasila merupakan dasar ideologi negara yang dirumuskan pertama kali oleh Soekarno dalam sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945. Lima sila dalam Pancasila bukan sekadar rumusan normatif, melainkan nilai-nilai luhur yang mencerminkan kebudayaan, spiritualitas, dan cita-cita bangsa Indonesia (Kaelan, 2013).

Sila-sila tersebut mengandung prinsip ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial yang harus diterjemahkan secara kontekstual sesuai perkembangan zaman.

Generasi Alpha dan Karakteristiknya

Generasi Alpha adalah generasi pertama yang sepenuhnya tumbuh dalam era digital. Mereka terbiasa dengan internet, media sosial, kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), dan informasi yang serba instan. Menurut Mark McCrindle (2015), Generasi Alpha cenderung memiliki kemampuan adaptasi teknologi tinggi, namun juga rentan terhadap krisis identitas, minim interaksi sosial nyata, dan mudah terpengaruh budaya global yang belum tentu selaras dengan nilai-nilai bangsa.

Tantangan Memaknai Pancasila di Era Digital

  1. Krisis Nilai dan Identitas Nasional
    Dominasi konten global dalam media digital berpotensi menggantikan nilai-nilai lokal, termasuk Pancasila. Generasi Alpha berisiko kehilangan koneksi dengan sejarah dan budaya bangsa.

  2. Minimnya Keteladanan
    Di tengah polarisasi politik dan ketimpangan sosial, praktik kehidupan bernegara seringkali tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila secara nyata. Hal ini menyebabkan kebingungan bagi generasi muda dalam memahami dan menerapkan Pancasila.

  3. Perubahan Pola Interaksi Sosial
    Interaksi yang lebih banyak terjadi di dunia maya membuat Generasi Alpha kurang memahami nilai-nilai kemanusiaan dan gotong royong yang menjadi inti dari sila kedua dan ketiga Pancasila.

Strategi Aktualisasi Pancasila untuk Generasi Alpha

  1. Digitalisasi Nilai-Nilai Pancasila
    Menyebarkan konten edukatif yang menarik dan relevan di platform digital seperti YouTube, TikTok, dan Instagram untuk memperkenalkan Pancasila dalam format yang digemari Generasi Alpha.

  2. Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila
    Kurikulum pendidikan perlu diorientasikan pada pembentukan karakter melalui pemahaman kritis terhadap nilai-nilai Pancasila dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya hafalan semata.

  3. Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat
    Pendidikan karakter tidak hanya tugas sekolah, tetapi juga perlu diperkuat oleh lingkungan keluarga dan komunitas melalui keteladanan serta pembiasaan nilai-nilai luhur.

  4. Kebijakan Pemerintah yang Konsisten
    Pemerintah perlu menunjukkan komitmen dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila melalui regulasi yang adil, pemberantasan korupsi, dan perlindungan terhadap kelompok rentan.

Menanamkan nilai Pancasila kepada Generasi Alpha memerlukan pendekatan yang kreatif, kontekstual, dan relevan dengan gaya hidup mereka. Berikut beberapa cara efektif yang dapat dilakukan oleh orang tua, pendidik, dan masyarakat:

1. Pemanfaatan Teknologi Digital sebagai Media Edukasi

Generasi Alpha sangat dekat dengan teknologi. Maka, penanaman nilai Pancasila perlu dilakukan melalui media yang mereka gunakan sehari-hari seperti YouTube, TikTok, podcast, dan gim edukatif. Konten-konten digital seperti animasi, cerita interaktif, hingga vlog inspiratif yang menyisipkan nilai Pancasila secara ringan namun bermakna dapat menjadi jembatan pembelajaran.

Contoh: Video cerita anak tentang tolong-menolong di lingkungan sekolah mencerminkan sila kedua dan ketiga Pancasila.

2. Pendidikan Kontekstual dan Berbasis Pengalaman

Nilai Pancasila lebih mudah dipahami bila dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, siswa diajak membuat proyek sosial seperti membersihkan lingkungan, berbagi makanan kepada sesama, atau simulasi musyawarah kelas. Hal ini mengajarkan nilai gotong royong, keadilan sosial, dan demokrasi secara langsung.

3. Pemberian Keteladanan oleh Orang Tua dan Guru

Generasi Alpha belajar dengan meniru. Maka penting bagi orang dewasa di sekitar mereka untuk menampilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila, seperti adil dalam mengambil keputusan, menghormati perbedaan, dan tidak diskriminatif. Keteladanan adalah metode pembelajaran paling efektif.

4. Mengintegrasikan Pancasila dalam Cerita dan Permainan

Dongeng, buku cerita anak, dan permainan edukatif berbasis nilai Pancasila mampu menanamkan pesan moral tanpa kesan menggurui. Permainan peran (roleplay), board game, atau cerita interaktif bisa digunakan untuk menumbuhkan sikap empati, kerjasama, dan rasa cinta tanah air.

5. Menghidupkan Nilai Pancasila dalam Kehidupan Keluarga

Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak. Praktik sederhana seperti berdoa bersama, membantu pekerjaan rumah, berdiskusi dalam pengambilan keputusan keluarga, serta menghargai pendapat anak adalah cara konkret menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam keseharian.

6. Melibatkan Anak dalam Aktivitas Sosial

Memberi kesempatan kepada anak untuk ikut serta dalam kegiatan sosial, seperti penggalangan donasi, kunjungan ke panti asuhan, atau kegiatan lingkungan, akan membentuk karakter peduli dan tanggung jawab sosial yang sesuai dengan sila kedua dan kelima Pancasila.

Kelahiran Pancasila bukan sekadar memperingati sejarah, tetapi menjadi momen strategis untuk merevitalisasi kembali nilai-nilai dasar bangsa kepada generasi penerus. Generasi Alpha sebagai pewaris masa depan Indonesia harus dikenalkan dan diajak untuk memaknai Pancasila tidak hanya sebagai ideologi, tetapi juga sebagai pedoman hidup yang membentuk karakter, identitas, dan arah kontribusi mereka bagi negeri.

Dengan pendekatan yang kontekstual, kreatif, dan konsisten, nilai-nilai Pancasila akan tetap hidup dan relevan dalam setiap generasi, termasuk Generasi Alpha yang menghadapi kompleksitas tantangan global.

Sumber referensi;

  • Kaelan. (2013). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

  • McCrindle, M. (2015). The ABC of XYZ: Understanding the Global Generations. McCrindle Research.

  • Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). (2023). Pancasila dalam Tindakan.

  • Kemendikbud RI. (2022). Modul Penguatan Profil Pelajar Pancasila.

(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *