SIDOARJO, Pesanjabar.com – Suara mesin alat berat bergemuruh di antara puing-puing Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Senin (6/10/2025) siang. Di tengah debu dan panas matahari, tim SAR gabungan terus bekerja tanpa jeda — menggali, menggeser beton, dan berharap menemukan satu per satu korban yang masih tertimbun.
Setelah berhari-hari berjibaku dengan tumpukan material bangunan, upaya mereka akhirnya membuahkan hasil. Enam jenazah kembali ditemukan dari reruntuhan musala pesantren yang ambruk delapan hari lalu. Masing-masing korban terangkat satu demi satu, menjadi saksi bisu betapa panjang dan berat perjuangan tim penyelamat di lapangan.
Kepala Kantor SAR Surabaya, Nanang Sigit P. H., S.IP., M.M., yang memimpin langsung operasi di lapangan, mengakui bahwa pencarian hari ini termasuk yang paling sulit. Sektor A2 tempat para korban ditemukan masih dipenuhi bongkahan beton besar dengan ketebalan lebih dari satu meter.
“Sejak pagi kami fokuskan pengerjaan di sektor A2. Penggunaan alat berat memang diperlukan karena materialnya sangat padat,” ujar Nanang.
Sekitar pukul 13.26 WIB, satu jenazah pertama berhasil diangkat dari balik reruntuhan. Tak sampai tiga menit kemudian, jenazah kedua menyusul. Keduanya kemudian teridentifikasi sebagai korban ke-68 dan ke-69 dari total daftar korban bencana tersebut.
Namun perjuangan belum selesai. Di antara besi dan puing beton, satu tubuh lain terjepit dengan posisi yang sulit dijangkau. Tim bekerja perlahan, memastikan setiap langkah aman agar tubuh korban tak rusak. Setelah hampir satu jam proses ekstrikasi penuh kehati-hatian, korban ke-70 berhasil dievakuasi sekitar pukul 14.40 WIB.
“Posisi korban berada di bawah tumpukan balok beton besar. Kami harus pastikan semua langkah dilakukan dengan aman,” jelas Nanang.
Selang beberapa menit kemudian, dua jenazah lain ditemukan dan berhasil diangkat hampir bersamaan pada pukul 14.50 WIB, tercatat sebagai korban ke-71 dan ke-72. Sementara satu korban lagi, ke-73, masih dalam proses evakuasi karena tertimbun cukup dalam.
Menjelang sore, lokasi kejadian masih ramai oleh aktivitas tim penyelamat yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD, relawan, dan pihak pesantren. Keringat bercucuran di wajah mereka, namun semangat tak surut sedikit pun. Di sekitar lokasi, beberapa santri dan keluarga korban terlihat berdoa dalam diam, berharap kabar baik dari balik puing.
“Seluruh tim masih terus berupaya semaksimal mungkin. Target kami adalah memastikan seluruh korban dapat ditemukan dan dievakuasi dengan aman,” tutup Nanang.
Tragedi runtuhnya bangunan di Ponpes Al-Khoziny meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat Sidoarjo. Namun di balik duka itu, tersimpan kisah keteguhan hati para relawan dan petugas SAR yang siang dan malam berjuang demi menuntaskan misi kemanusiaan — satu korban, satu harapan, satu nyawa yang dihormati dengan penuh keikhlasan. (*)