SUBANG.pesanjabar.com – Saresehan Sungai yang menjadi bagian dari rangkaian Festival 7 Sungai ke-X berlangsung penuh semangat pada Sabtu (26/7). Dengan mengangkat tema Manajemen Air Berkeadilan, kegiatan ini menghadirkan berbagai elemen penting yang peduli terhadap pelestarian lingkungan dan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS).
Acara ini dihadiri oleh Camat Tanjungsiang Rano Syaeful Sudirman, S.STP, perwakilan Dinas Lingkungan Hidup Cece Rahman, S.Sos, Ketua Lembaga Masyarakat Sungai (LMS) Daming Agus, tokoh adat Desa Cibuluh, perwakilan Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia (FK3I) Sumedang dan Jawa Barat, Ketua Gapoktan, komunitas pegiat lingkungan, pelajar SMKN Tanjungsiang, dosen dari Universitas Sanggabuana, serta perwakilan sponsor dari Tridjaya Motor dan tokoh masyarakat lainnya.
Diskusi dalam saresehan dipantik oleh pemaparan Cece Rahman dengan judul Berbuat untuk Daerah Aliran Sungai yang Berdayaguna dan Lestari. Dalam presentasinya, Cece menyoroti berbagai tantangan serta potensi besar yang dimiliki oleh wilayah aliran sungai.
Ia menegaskan bahwa kunci utama dalam pengelolaan DAS adalah kolaborasi dan gotong royong lintas sektor, dimulai dari pelestarian mata air hingga hilir sungai dan muara laut. Selain itu, pemberdayaan masyarakat menjadi aspek penting agar mereka mampu berkontribusi aktif dalam menjaga alam, misalnya melalui pemilahan sampah dari sumbernya baik dari rumah tangga, sekolah, tempat usaha, maupun lingkungan kerja.
Pendekatan berbasis budaya lokal juga disoroti sebagai cara efektif untuk menyentuh kesadaran masyarakat agar lebih mencintai dan merawat sungai, yang tidak hanya sebagai sumber kehidupan, tetapi juga sebagai pusat peradaban yang kaya akan keanekaragaman hayati dan biota air tawar.
Salah satu peserta, Wawan (Wa Ones), warga Desa Buniara, mengungkapkan rasa terima kasih atas penyelenggaraan saresehan ini. “Saya sangat termotivasi untuk terus menjaga kelestarian alam, terutama sungai. Alhamdulillah, dengan perawatan yang konsisten, kini ikan-ikan khas sungai kembali banyak dan beragam biota air pun mulai bermunculan,” ungkapnya dengan penuh semangat.
Saresehan ini menjadi refleksi penting bahwa sinergi antara pemerintah, masyarakat, akademisi, dan dunia usaha sangat dibutuhkan demi menciptakan sistem pengelolaan air yang adil, lestari, dan berkelanjutan untuk generasi mendatang. (**)